Jumat, 27 Februari 2009

Keajaiban dari Palestina

Anak itu nyalakan api
Kini berkobar dan membakar
Di parasnya Agama memancar
Dan cahaya Alhaq bersinar
Kedua tangannya menghunus pedang keberanian
Atau bom kaca yang menggelegar
"Ananda, telah kuserahkan engkau kepada Tuhan Penguasa Qadar
Berjihadlah dengan tegar
Karena kezaliman pasti kan buyar
Esok semua algojo penyiksa kan jatuh terkapar
Dan bendera Tauhid kan berkibar
Nantikan dengan sabar"

Ghazi Khalid Alhajiji

dalam Atthiflu qad Auqada Naraha

Keajaiban Kebangkitan
Palestina. Ajaib bangsa yang satu ini. Mereka miskin, tetapi mampu memberi banyak kepada saudara-saudara Arab mereka, dunia Islam dan ummat manusia. Mereka terjajah, tetapi mampu memberi pelajaran paling mahal, bagaimana mereka punya jiwa merdeka sebelum tubuh mereka terbebaskan. Ajaib pemuda mereka, melecehkan dunia yang degil, korup dan hipokrit dengan sindiran paling nyinyir; mengukir kematian mereka sendiri dengan guratan paling artistik. Ya, seni kematian paling spektakuler di jaman ini.

Alangkah panjang dusta yahudi, menyihir dengan sedengki-dengki sihir agar kaum Muhajirin, di Madinah, kala itu, tak lagi dikaruniai anak-anak. Allah memberi jawaban telak; lahirlah anak laki-laki pertama kaum Muhajirin, Abdullah bin Zubair. Bapaknya, Zubair bin Awwam, adalah salah seorang pionir dalam Islam. Ibunya, Asma, panitia hijrah, di hari-hari haidhnya yang pertama. Kakeknya Abu bakar Shiddiq yang kesertaannya bersama Rasul SAW abadi tercatat dalam Al Quran, khususnya dalam hijrah yang agung (QS. At taubah : 40).

Ya, besar nian kedunguan Yahudi yang mengatakan, "Tangan Allah terbelenggu," padahal tangan-Nya selalu terbuka. Ia berikan kepada bangsa Palestina yang berani serta bangsa yang sejalan dan sejiwa, lebih dari satu Khansa dan ia akan terus berikan beribu Khansa, Sumayyah, Hanzhalah, Ja'far, Zaid dan beribu Usamah. Mereka yang menikmati benar kenikmatan syahid dan kebanggaan diangkatnya keluarga mereka sebagai syuhada, orang-orang yang menikmati panjangnya hidup dalam kematian mereka. Bahkan tak patut disebut mati.

Engkau yang bersedih wahai dunia yang jauh, jangan menambah sedih dengan tercenung begitu lama. Dunia tak pernah berubah di tangan orang-orang pengecut. Ia hanya maju dan merdeka di tangan para pemberani. Salah satu kedermawanan bangsa Palestina ialah keberanian mereka mendobrak mitos Yahudi adalah segala-galanya.

Apa yang diajarkan dunia beradab kepada kita? Kesopanan, intelektualitas, etika, hak asasi manusia, kesetaraan? Lihatlah, bagaimana mereka telah menyihir dan memutarbalik makna. Siapa yang menyihir begitu banyak bangsa untuk percaya atau sekurang-kurangnya menggunakan istilah penjajahan (kolonialisme) dengan pemakmuran (isti'mar), teror sebagai penyelamatan, da'wah sebagai teroris, keshalihan sebagai keterbelakangan. Mereka ajarkan kita untuk memisahkan politik dari agama dan sebaliknya. Mungkin itu benar bila dikaitkan sejarah agama-agama yang para pemukanya (rijalud dien) menjadi pembenar kedzaliman raja-raja tanpa mahkota. Mereka membuat mitos dan sabda untuk membenarkan kedzaliman raja bermahkota. Bagaimana mungkin politik dikosongkan dari agama dan agama dijauhkan dari politik, sementara seluruh gagasan dari membangun dan mempertahankan negara Zionis, semua dilandasi sabda-sabda, ayat-ayat, semangat dan klaim keagamaan.

Keajaiban Kepunahan
Presidan Benyamin Franklin mengingatkan bangsanya untuk tidak memasukkan sepotong pun elemen Yahudi ke dalam sistem mereka. Ternyata mereka sangat pelupa dan kini seluruh kelelahan mereka menjadi sia-sia, karena hanya menuruti arahan dan bisikan ular beludak yang satu ini. Rupanya bid'ah juga menimpa wilayah politik dan bangsa yang satu ini. Mereka habis-habisan membela terorisme atas nama negara. Kehancuran suatu bangsa dan kepunahan peradaban mereka tidak bermula dari keterbelakangan teknologgi, kelemahan tentara, kemiskinan sumber daya alam atau kemiskinan dana. Semua itu bisa terjadi dengan satu kata: penyimpangan. Dan, penyimpangan itu dapat dijabarkan sebagai kedzaliman. Dan kedzaliman dapat terjadi antara hamba terhadap tuhannya, seperti kemunafikan, kekafiran dan kemusyrikan (dzulmun adziem).

Kedzaliman bisa terhadap sesama manusia, seperti pembunuhan, fitnah, pencemaran nama baik, pencurian dan perampasan harta pribadi dan publik (korupsi), monopoli sumber-sumber kehidupan, penimbunan barang saat diperlukan orang banyak (ihtikar) dan berbagai langkah yang merugikan masyarakat. Kedzaliman dapat diarahkan kepada diri sendiri, seperti mengikuti hawa nafsu; mengikuti konsumsi khamr, bangkai, babi, uang haram, seks bebas, seks sejenis.

Pada enam peradaban, kita dapatkan begitu banyak pelajaran, mengapa mereka punah dengan mengenaskan. Surat Hud memuat kiprah kaum Nabi Nuh, Kaum Aad, tsamud, bangsa Madyan, kaum Nabi Shalih, kaum Firaun. Semua dibinasakan bukan karena krisis, tetapi justru karena krisis kezaliman. ”...dan tiadalah Kami mendzalimin mereka, akan tetapi merekalah yang mendzalimi diri sendiri... dan demikianlah hukuman tuhanmu apabila Ia menghukum negeri-negeri dalam keadaan dzalim... (QS. Hud : 101).

Bagi pemimpin seati, kecemasan akan munculnya penyimpangan menjadi begitu berat. Rasulullah berkata, ”Aku dibuat beruban oleh surat Hud dan saudara-saudaranya.” (HR. Tirmidzi, Thabrani, Hakim & Ibnu mardawaih). Dan itu artinya keharusan memelihara diri dari berbagai penyimpangan yang telah menyebabkan binasanya ummat-ummat terdahulu. Ketika Perancis dikalahkan Jerman dalam Perang Dunia II, Jenderal De Gaudle yang ditanya mengapa itu terjadi, dengan tegaas menjawab: ”Ia telah tertaklukkan (secara moral) sebelum tertundukkan (secara militer)” (inhilal qablal Ihtilal).

Keajaiban Kemunkaran
Apakah semua arogansi dan kejemawaan dunia beradab serta polisi dunia ini merupakan refleksi kekuatan yang makin mapan, ataukah hentakan-hentakan akhir dengan kekuatan penuh seperti yang terjadi pada ayam, sapi atau kambing yang disembelih? Allahu’alam. Yang jelas dunia beradab telah tersembelih oleh begitu banyak pisau jagal peradaban. Zina, kebebasan dan penyimpangan seksual yang menjadi syiar dunia modern. Khamr dan candu yang mejadi tempat pelarian paling aman. Sogok, suap dan KKN menjadi jalan paling singkat menuju kekayaan. Pelecehan terhadap nilai-nilai samawi, terhadap iman dan keshalihan yang menjadi syarat bagi predikat modern. Menjilat, memfitnah, dan kolaborasi bagi kepentingan kekuatan asing telah menjadi marketing dan promosi paling jitu dalam karir pribadi. Semua ini siap melibas peradaban-peradaban besar kontemporer yang dengan tegas oleh Sayid Quthb, Malik bin Nabi dan Almaududi dinafikkan dari daftar peradaban karena memang tidak beradab.

Apa yang menyebabkan mereka begitu cemas dan gemas kepada dunia Islam kita? Telah terjadi sesuatu. Bila instrumen utama al ghazwul fikri yang tiga (pers, militer, dan kampus PT), yang paling efektif ternyata menampakkan perlawanan, maka cukup beralasan bagi kemurkaan mereka. Kampus yang mereka harapkan menjadi mesin perubah warba generasi muda (dan sebagian berhasil mereka lakukan), ternyata lebih menjadi ajang da’wah yang dinamis, progresif dan kondusif. ”Sesungguhnya kami tidak takut pada kekuatan sosialis, kaum revolusioner atau pun kaum demokrat di kawasan ini (Arab). Yang kami takutkan hanyalah kekuatan Islam, raksasa yang pulas tidur dan mulai menggeliat.” (Ben Gurion)

Bila kematian mereka menjadi kepastian, apakah dengan demikian bebas dari tanggung jawab? Tidak, karena Allah ingin melihat apa yang kita kerjakan. []

Sumber : Buku ”Warisan Sang Murabbi, Pilar-Pilar Asasi”, KH. Rahmat Abdullah